Beranda | Artikel
Beberapa Wasiat Bagi Penuntut Ilmu
Senin, 29 Agustus 2022

BEBERAPA WASIAT BAGI PENUNTUT ILMU

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi awa sallam adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Ini adalah beberapa wasiat yang aku peruntukkan bagi  diriku dan para saudaraku, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan manfaat yang besar dengan wasiat ini, dan semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla melimpahkan ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh bagi kita semua.

Wasiat pertama : Tetap semangat dalam menuntut ilmu syara’.

قال الله تعالى:  قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أولو الألباب  [ الزمر: 9]

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakAllah Shubhanahu wa ta’alla Shubhanahu wa ta’alla yang dapat menerima pelajaran. [Al-Zumar/39: 9]

قال الله تعالى:   يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ   [ المجادلة : 11]

“…niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[Al-Mujadilah/58: 11].

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam berkata:

مَن يُرِدِ اللَّهُ به خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ

Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla suatu kebaikan maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memberikan kepadanya kepahaman dalam agama”.[1]

Sebagian ahlul ilmi berkata: Orang yang tidak diberikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepahaman di dalam agama berarti Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak menghendaki kebaikan baginya”. Diriwayatkan oleh Al-Darimi dengan sanad yang baik dari Abi Darda’ bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan para nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat besar”.[2]

Al-Auza’i berkata: Manusia  yang memliki kemuliaan di tengah masyarakat kami adalah pribadi yang berilmu, dan orang selain mereka tidak ada artinya”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata: Kebutuhan manusia akan ilmu lebih besar dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman. Dan para ulama adalah orang yang tetap komitment dengan perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla hingga hari kiamat. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu’awiyah dan Tsauban bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ ‏

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku ini yang selalu komitment dengan kebenaran, tidak akan memudharatkan mereka orang yang mengacau mereka  sehingga datang keputusan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mereka tetap komitmen atas perkara tersebut”.[3] Di dalam sebuah riwyat disebutkan:  قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ Mereka tetap komitment pada perintah -Nya”.[4]

Imam Ahmad bin Hambal berkata: Kalau bukan ahli hadits maka aku tidak mengetahui siapakah orang selain mereka?”.

Dan Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam telah membritahukan bahwa di akhir zaman kelak ilmu itu akan terangkat, dan kebodohan menyebar dan terangkatnya ilmu di tandai dengan matinya orang yang membawanya.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu ‘anhuma bahwa Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ اللهَ لا يقبضُ العلمَ انتزاعًا ينتزعُهُ منَ النَّاسِ ، ولَكن يقبضُ العلمَ بقبضِ العُلماءِ ، حتَّى إذا لم يترُك عالمًا اتَّخذَ النَّاسُ رؤوسًا جُهَّالًا ، فسُئلوا فأفتوا بغيرِ عِلمٍ فضلُّوا وأضلُّو

Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak akan mencabut ilmu dari manusia dengan mengambilnya secara langsung dari mereka, namun -Dia akan mencabut ilmu itu dengan dicabutnya nyawa para ulama, sehingga apabila orang alim sudah tidak tersisa maka manusia menunjuk pemimpin yang bodoh, dan mereka ditanya tentang suatu masalah maka mereka sesat dan menyesatkan”.[5]

Dalam keadaan seperti ini maka mengajarkan dan belajar ilmu agama menjadi wajib dan pasti. Dan hendaklah disadari bahwa ilmu yang paling tinggi adalah mempelajari kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, Al-Qur’anul Karim, maka hendaklah kita bersemangat untuk menghapal, memahami, merenungkan dan beramal dengannya. Begitu juga dengan mempelajari sunnah Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam dan memperdalamnya. Hendaklah kita mengambil ilmu itu dari ahlinya, mereka adalah para ulama salaf yang shaleh, dan para ulama yang diberikan petunjuk oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla sehingga kita tidak terjebak ke dalam fatwa yang menyesatkan dan hawa nafsu yang membinasakan.

Wasiat kedua: Berdakwah kepada Allah Azza wa Jalla.

قال الله تعالى : قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ    [ يوسف: 108]

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik“. [Yusuf/12: 108].

قال الله تعالى : وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ  [ فصلت: 33]

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”. [Fushilat/41: 33]

Di dalam shahih Muslim dari Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam bahwa berkata kepada Ali radhiyallahu anhu:

لأنْ يهْدِيَ اللَّه بِكَ رجُلًا واحِدًا خَيْرٌ لكَ من حُمْرِ النَّعم

Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan petunjuk bagi seseorang karena usahamu maka itu lebih baik bagimu dari onta merah”.[6]

Banyak orang yang salah dalam memahami hadits ini, di mana seseorang berdakwah dan berani berfatwa padahal dirinya adalah orang yang paing bodoh, terkadang mereka berdalil dengan sebuah hadits dari Rasulullah Salallahu’alaihi alaihi wa sallam “  بلغوا عني ولو آية Sampaikanlah tentang diriku walau hanya satu ayat”.[7] Dia tidak mengetahui bahwa menyampaikan satu ayat dari firman Allah Shubhanahu wa ta’alla dan hadits Rasulullah Shalallhu’alaihi wa sallam tidak boleh diwujdukan kecuali setelah mengetahui perkataan para ulama tafsir dan para pensyarah hadits berdasarkan pada metode yang benar yang diperbolehkan oleh para ulama dan dijelaskan bagi penuntut ilmu.

Berdakwah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tugas para Nabi dan Rasul utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mencurahkan kesejahteraan kepada mereka. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabal pada saat beliau diutus kepada penduduk Yaman untuk berdakwah atas perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla:

   َ ‏ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلَ كِتَابٍ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ… إلى آخر الحديث

Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab, maka serulah mereka kepada persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Shubhanahu wa ta’alla dan sesungguhnya aku adalah utusan -Nya, dan jika mereka mentaatimu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menwajibkan kepada mereka shalat lima waktu..….. sehingga akhir hadits”.[8]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: بلغوا عني ولو آية  Sampaikanlah tentang diriku walau hanya satu ayat”.[9]

Ibnul Qoyyim rahimullah berkata: Jika berdakwah atas perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tingkatan tugas yang paling agung dan utama bagi seorang hamba, maka dia tidak bisa terwujud kecuali dengan penguasaan ilmu yang tinggi, bahkan kesempurnaan dakwah membutuhkan kecukupan ilmu yang tinggi. Cukuplah ini sebagai kemuliaan ilmu dan Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan karunia   -Nya kepada siapapun yang dikehendaki -Nya”[10]

Syekh Abdul Aziz rahimhullah berkata: Yang wajib bagi mereka yang mampu dari kalangan para ulama, penguasa kaum muslimin, para da’i adalah berdakwah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sehingga dirinya sampai pada tingktan orang yang menyampaikan dakwah kepada seluruh alam di seluruh penjuru dunia ini. Penyampaian dakwah inilah yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla di dalam firman -Nya.

قال الله تعالى : يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ   [ المائدة: 67 ]

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat -Nya. [Al-Ma’idah/5: 67].

Rasul berkewajiban untuk menyampaikan, semua Rasul semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mencurahkan shalawat dan salam kepada mereka juga memiliki tugas untuk menyampaikan dan begitu juga dengan para pengikut mereka, para Rasul hendaklah mereka menyamapaikan dakwah ini…”.[11]

Wasiat ketiga: Menjaga waktu.

[Disalin dari وصايا لطالب العلم  Penulis Syaikh Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi , Penerjemah : Muzaffar Sahidu, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2011 – 1432]
______
Footnote
[1] Al-Bukhari no: 3116 dan Muslim no: 1037
[2] HR. Al-Darimi 1/110 no: 342
[3] Shahih Muslim no: 1920 dan shahih Bukhari no: 71
[4] Shahih Bukhari no: 71
[5] Shahih Muslim no: 2673 dan shahih Bukhari no: 100
[6] Shahih Muslim: 4/1872 no: 2406
[7] Shahih Bukhari no: 3426
[8] Shahih Muslim no: 19 dan shahih Bukhari no: 1458
[9] Shahih Bukhari no: 3426
[10] Tafsirul Qoyyim: halaman: 319
[11] Majmu’ fatawa wa maqolat mutanawwi’ah, sykeh Abdul Aziz bin Baz rahimhullah 1/333 diambil dari kitab nudhratun na’im 5/1950 -1960


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/60670-beberapa-wasiat-bagi-penuntut-ilmu.html